Berbekal dua bungkus rokok kretek dan filter, saya duduk bersantai di depan Warung Genteng Herlingga, begitu kebanyakan orang menyebutnya. Sore itu, 29 Januari 2025, Kota Blitar sedang diguyur hujan.
Hampir setiap hari, Bumi Bung Karno, julukan Kota Blitar sering diguyur hujan. Baik intensitas ringan maupun deras. Aktivitas masyarakat di luar ruangan masyarakat banyak yang terganggu, termasuk saya.
Usai makan di Warung Genteng Herlingga, saya mengambil korek di tas kecil yang selalu saya bawa kemana-mana. Satu batang rokok filter saya ambil untuk dinyalakan. Mata memandang ke depan melihat lalu lalang kendaraan yang melintas.
Jalan di depan warung adalah jalan nasional. Tak heran banyak sekali kendaraan dari berbagai daerah yang melintas. Itu saya buktikan dari plat kendaraan yang lewat. Saya menikmati hisapan rokok sambil berharap hujan segera reda.
Tak terasa satu batang rokok filter telah habis, hujan belum juga reda. Akhirnya, rokok kretek menjadi 'korban' selanjutnya. Saya nyalakan dengan harapan yang sama, hujan segera reda.
Hati semakin gelisah. Hujan semakin deras mengguyur Kota Blitar. Semantara tidak ada jas hujan di jok motor, perlu waktu yang makin lama untuk menghabiskan waktu di depan warung.
Padahal selepas magrib, ada acara yang harus dihadiri. Pilihannya hanya dua: menerobos derasnya hujan untuk hadir di acara, atau menunggu sampai reda, meskipun nanti datang terlambat.
Pilihan jatuh ke nomor dua, menunggu hujannya reda. Sebab, ada barang-barang yang beresiko besar apabila kehujanan. Saya tipikal orang yang tidak mau mengambil resiko besar.
0 Komentar