Bukan Gadis Kretek

Bukan Gadis Kretek
Panasnya sinar mentari menerjang sebuah kota kecil di Jawa Timur yang menjadi makam para raja. Suasana begitu gerah hingga badan ingin merasakan segarnya air hujan.

Namun hal tersebut tidak berlaku di salah satu kedai kopi. Begitu rimbunnya pohon yang menyelimuti membuat suasana asri begitu terjaga menenangkan hati. Apalagi ada yang bisa jadi teman bercerita.

Cerita indah dan menarik kadang memang datang dari orang-orang pilihan. Sekalipun saling mengenal belum begitu lama.

Asbak menjadi saksi bisu kala itu. Merasakan bagaimana puntung rokok demi puntung rokok dibuang di asbak tersebut.

Kepulan asap yang dihasilkan dari "di antara dua jari" siang itu begitu bermakna. Cerita demi cerita yang dibalut guyonan membuat suasana begitu cair, seperti es yang ditaruh di tempat panas.

Hawa panas yang menerjang kota kecil siang itu buyar seketika. Sosok berparas anggun dengan sebatang rokok di tangan membuat suasana menjadi sejuk.

Dia bercerita seperti seorang penyair puisi yang penuh romansa. Namun, terkadang juga berlagak seperti sipir penjaga penjara.

Berjam-jam bercerita hingga kami lupa kalau waktu sudah menunjukkan pukul lima. Sudah saatnya serangkaian cerita di kedai kopi yang rindang itu diakhiri.

Meskipun bukan gadis kretek, setiap kepulan asap yang keluar selalu penuh makna, cerita, dan rasa. 

Barangkali ini masih menjadi awal cerita yang akan bersambung pada episode-episode selanjutnya.

Posting Komentar

0 Komentar