Menuangkan tinta di atas kertas ataupun mengetikkan jari jemari di atas keyboard untuk menghasilkan sebuah tulisan bukanlah sebuah bakat dari lahir. Menulis adalah kemampuan yang bisa dipelajari, seperti halnya saat belajar mengayuh sepeda.
Orang yang belajar bersepeda tidak perlu teori yang banyak, atau kursus di lembaga tertentu. Mereka hanya perlu kebiasaan dan kemauan untuk belajar. Begitu juga soal kemampuan menulis. Semakin sering dilatih semakin besar potensi untuk menguasainya.
Dewasa ini, penulis bukan sebuah kemampuan yang menarik. Itu menurut saya. Sebab, orang lebih senang melihat karya yang berbau audio visual dibandingkan hanya tulisan. Kemampuan editing ataupun mengambil video lebih digeluti banyak orang.
Meskipun banyak orang yang bergelut di dunia audio visual, kemampuan menulis itu tetaplah penting. Dalam video sekalipun pasti ada deskripsi yang membutuhkan tulisan. Ataupun copywriting untuk memikat sebuah pelanggan.
Kalau saya pribadi menulis adalah cara untuk mengawetkan sebuah pengalaman. Sangat disayangkan apabila perjalanan hidup hanya menguap begitu saja. Kenangan masa muda begitu berharga untuk dilihat saat hari tua kelak.
Sejak pertengahan 2020, saya sudah mulai membangun blog. Tujuan pembentukannya jelas, sudah terlalu banyak pemikiran dan pengalaman yang menguap begitu saja. Saya butuh sebuah media yang bisa dijadikan museum.
Sejak saat itulah blog muhammad-thoha-maruf.com lahir. Sempat berganti nama beberapa kali: Bedroom Discourse, Muhammad Thoha Ma'ruf, hingga akhirnya berhenti pada nama Catatan Juang.
Penamaan Catatan Juang, filosofinya sangat simpel, berangkat dari keinginan untuk mencatatkan perjalanan perjuangan hidup. Blog saya pribadi itu sebenarnya mirip dengan diary, bedanya soal medium dan isi-isinya.
Di dalam blog, ketika saya mencoba mencurahkan isi hati, ataupun menyindir orang lain, pasti saya menggunakan istilah-istilah agar orang kesulitan menebak identitas orang tersebut. Kemudian ada juga tulisan opini terhadap isu tertentu yang bagi saya menarik.
Selain menuliskan artikel di blog, menulis juga menjadi mata pencaharian. Sejak akhir 2020, saya hampir setiap hari menulis untuk media. Meskipun hanya sebatas tulisan berita. Dari situ pundi-pundi rupiah bisa saya peroleh untuk kehidupan sehari-hari.
Akhirnya untuk saat ini, menulis bukan saja kebutuhan untuk mengawetkan pengalaman, juga sebuah kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan finansial.
Entah sampai kapan menulis menjadi dua kebutuhan tersebut. Ada rasa jenuh yang terkadang menjadi penghambat. Ada pula pekerjaan yang menarik dan lebih menjanjikan. Itu godaannya.
Doakan saja semoga semangat ini tetap membara. Agar pengalaman yang pernah saya lakukan bisa terabadikan di dalam tulisan.
0 Komentar