Menulis memang kegiatan yang memerlukan niat tulus. Apabila itu tidak dimiliki niscaya tulisan yang dihasilkan tidak akan memuaskan hati si penulisnya.
Memang bisa saja, meskipun tanpa dilandasi niat tulus, tulisan itu bisa bagus. Tapi, bagaimana dengan diri sendiri? Puas? barangkali tidak, malah menambah beban pikiran karena dipaksa.
Menulis terkadang menulis digunakan sebagai cara melepas penat, menuangkan keluh kesah dan menghibur diri. Lagi-lagi itu berlaku bagi orang yang punya kecintaan.
Saya merasakannya. Dahulu tulisan yang saya buat jauh dari kata layak. Meskipun begitu kepuasan itu ada, karena bisa melegakan hati dan pikiran.
Padahal dahulu tidak ada yang membayar untuk setiap tulisan yang dikirim. Baik berupa berita, maupun tulisan opini ringan topik tertentu.
Kalaupun tulisannya muat di salah satu media, meskipun medianya (kecil jarang orang tahu), begitu saja sudah punya kebanggaan tersediri dalam batin.
Dibandingkan dengan saat ini. Oke, tulisannya bertambah baik, mudah dicerna, tapi yang membedakannya masalah kelegaan usai menulis.
Saat ini, meskipun di bayar sekalipun, rasa bosan itu ada, malas untuk menulis juga datang bertubi-tubi, dengan godaan yang sili berganti.
Nampaknya ini adalah ujian, yang wajar apabila terjadi. Seyogyanya ujian ini bisa dilakukan untuk wawas diri. Berhenti sejenak lalu berjalan kembali untuk menyegarjan pikiran agar kembali bersemangat.
Semangat itulah yang bisa jadi nutrisi untuk memabangun semangat agar perjalanan yang dilakukan bisa sampai di tujuan. Salah satunya terkait menulis.
0 Komentar