Film Silat Tani yang diproduksi oleh tim Ekspedisi Indonesia Baru memang menjadi semacam informasi yang jarang diketahui oleh masyarakat.
Film tersebut menceritakan tentang penderitaan yang harus dialami oleh petani sebagai akibat harga komoditi pertanian yang terlalu murah.
Di sisi lain para konsumen juga menginginkan harga komoditi pertanian itu dibeli dengan harga murah. Karena mereka juga harus mencukupi kebutuhan yang lain.
Film yang mengambil rekaman di 4 tempat di dua provinsi, yakni Banjarnegara, Wonosobo dan Purworejo Jawa Tengah, serta Sleman Yogyakarta.
Film yang disutradarai oleh Dandy Lhaksono itu menerapkan konsep yang sangat unik. Bagi orang yang ingin menonton harus memberikan donasi untuk pembuatan film.
Jadi setiap penyelenggaraan nobar, pihak penyelenggara harus membagi dua hasil donasi yang terkumpul untuk penyelenggara serta dikirimkan kepada tim Ekspedisi Indonesia Baru.
Berbicara tentang isi film, sangat luar biasa. Di dalamnya dijelaskan terkait akad permasalahan yang dialami oleh petani, kemudian juga ditawarkan terkait solusi yang bisa dilakukan.
Diceritakan pula dalam film, terkait perjuangan yang dilakukan oleh para petani untuk tetap mengamankan lahannya sebagai mata pencaharian sehari-hari. Itu dilakukan setelah ada rencana pembangunan proyek yang dilakukan oleh pemerintah.
Terkhusus untuk kejadian di Purworejo Jawa Tengah. Diperlihatkan represivitas yang dilakukan oleh aparat kepolisian kepada masyarakat yang menolak lahannya untuk dilakukan pertambangan.
Dari film yang berdurasi 1 jam lebih 13 menit itu saya bisa belajar tentang artinya sebuah perjuangan.
Bahwa ternyata perjuangan itu tidaklah gampang, perlu kerelaan untuk meluangkan waktu tenaga bahkan biaya yang tidak sedikit.
Maka di sinilah saya benar-benar bisa mengerti mengapa tim Ekspedisi Indonesia Baru perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat, sehingga misi yang dilakukannya bisa sukses.
0 Komentar