Contoh yang membuktikan bahwa perang saat ini menggunakan pikiran adalah orang saling menjatuhkan satu sama lain menggunakan media internet.
Mereka melakukan propaganda kemudian agitasi untuk menjatuhkan lawannya. Meskipun mereka sebenarnya tidak pernah bertemu secara langsung hanya pernah berkenalan melalui media sosial.
Maka saya mengatakan bahwa media sosial saat ini menjadi tempat untuk perang gerilya. Semua bersaing untuk menjadi yang terdepan.
Semua bersaing untuk mencari followers sebanyak-banyaknya, mencari like sebanyak-banyaknya, dan mencari penggemar sebanyak-banyaknya. Pokoknya sebanyak-banyaknya.
Menjadi masalah Apabila mereka tidak memikirkan mana yang benar dan mana yang salah. Diperparah interaksi mereka di media sosial tidak dibarengi dengan sopan santun.
Perang gerilya di sosial media lebih mengerikan dibandingkan perang secara nyata. Karena jangkauannya sudah internasional.
Tidak sedikit orang yang berbuat kesalahan kemudian ramai di media sosial namanya akan dikenang oleh sejarah. Terlepas dia punya sifat buruk ataupun baik.
Saat Anda berkecimpung di dunia maya melalui media sosial Anda harus siap-siap untuk menghadapi serangan lawan lewat perang gerilya.
Siapa yang tak siap menghadapi serangan maka dia kemungkinan besar akan tumbang oleh keadaan.
Saking pentingnya prajurit-prajurit perang gerilya, para orang-orang penting rela menyewa bantuan para pendengar media sosial untuk mengamankan posisinya.
Biasanya yang punya kelakuan seperti ini adalah para politisi yang ingin mempunyai reputasi baik tanpa pernah terlihat cacatnya.
Kalau boleh saya berpesan, dengan semakin ramainya perang gerilya maka kita harus berhati-hati dalam menyikapi keadaan yang sedang terjadi.
0 Komentar