Menikmati kehidupan di kota santri berbeda dengan di bumi penataran. Ada sejumlah perbedaan di antara dua wilayah tersebut.
Jombang terasa lebih panas suhunya dibandingkan Blitar. Wajar, hampir semua wilayah Jombang berada di dataran rendah. Selain itu juga sudah banyak industri yang bertebaran.
Berbeda dengan Blitar, yang suhunya tidak sepanas Jombang. Di Blitar masih banyak ditemukan hutan yang rendah, dan wilayah dataran tingginya lebih banyak dibandingkan Jombang.
Faktor yang lebih mencolok perbedaan antara berita dan Jombang adalah dari segi transportasi. Di Jombang, lalu lintas kendaraan lebih padat. Kendaraan bertonase besar sangat banyak.
Di kota santri ini, juga sudah ada jalan tol trans Jawa, yang menghubungkan Jawa bagian barat sampai sebelah timur. Sementara di Blitar, jalan tol masih dalam tahap perencanaan.
Jombang juga merupakan titik sentral. Sebab merupakan penghubung menuju kota besar, Surabaya, yang juga menjadi ibukota Provinsi Jatim.
Terasa panas
Di Jombang, selama berkeliling di beberapa tempat, saya merasakan betapa panasnya daerah itu. Kipas angin menyala setiap waktu. Di warung, rumah, ataupun di tempat-tempat umum yang lain.
Sesuatu yang jarang saya temui di tempat kelahiran, Blitar. Kipas biasanya hanya dinyalakan di siang hari, saat cuaca begitu terik dan tubuh terasa gerah. Mungkin faktor Jombang ruang hijaunya lebih sedikit menjadi penyebabnya.
Sosiologi masyarakat mirip
Selama satu minggu di Jombang, rasanya tidak ada perbedaan signifikan terkait perilaku masyarakatnya. Bahasa yang digunakan sama, kesehariannya juga tidak terlalu banyak perbedaan.
Apabila kita menggunakan bahasa Jawa halus atau Krama Inggil, timbal balik serupa akan diterima. Logat bahasanya pun sangat mirip.
Mungkin perbedaannya secara sosiologis sedikit banyak, saat perbandingannya dengan orang Madura, Malang, ataupun Suroboyoan.
Makanan dan minuman
Bagi orang-orang baru, pasti yang dipertimbangkan adalah kulinernya. Faktor ini ternyata juga mirip. Di Blitar banyak ditemukan soto, pecel, ataupun sego goreng. Di kota santri pun juga demikian. Kuliner serupa banyak ditemukan.
Soal harga yang dipatok juga relatif sama. Ungkapan, bahwa harga di Jawa itu tergolong murah memang tidak ada salahnya.
0 Komentar