Indonesia sekarang ini adalah negara medioker. Negara yang menggantungkan nasib pada negara lain, serta tidak mengedepankan keadilan sosial bagi rakyatnya.
Pada beberapa aspek Indonesia memang ingin menjadi negara maju. Itu terlihat dari pesatnya pembangunan infrastruktur.
Semakin banyak bertebaran gedung-gedung pencakar langit, jalan tol di mana-mana, hingga banyak perusahaan asing mulai merambah Bumi Pertiwi.
Namun ada pertanyaan simpel. Apakah semua rakyat Indonesia merasakan kesejahteraan? Tentu tidak.
Banyaknya proyek besar yang bertebaran hanya menguntungkan segelintir pihak. Terutama bagi mereka yang dekat dengan kekuasaan.
Bagi rakyat kecil yang ada di pedesaan mereka hanya menjadi objek dari kekuasaan. Tanahnya dibeli untuk dibangun pertambangan ataupun infrastruktur. Padahal itu merupakan mata pencaharian mereka.
Belum lagi masalah pertanian. Petani semakin hari dituntut untuk memperbanyak penggunaan bahan kimia. Semakin tahun kebutuhan petani akan pupuk maupun pestisida selalu meningkat.
Kenaikan kebutuhan itu berimbas pada semakin menurunnya keuntungan petani di bidang agraris itu. Lagi-lagi di sini perusahaan pupuk dan pestisida diuntungkan.
Pangan yang seharusnya menjadi identitas Indonesia hanya menjadi ajaran kosong di panggung sekolah. Bahwa Indonesia adalah negara agraris itu adalah omong kosong.
Buktinya, masih banyak bahan-bahan pokok yang seharusnya bisa dipenuhi dengan stok dalam negeri malah dipenuhi dengan barang impor.
Parahnya lagi, tidak ada kepala daerah yang mengedepankan sektor pangan menjadi bahasan utama, atau minimal sektor pertanian. Tidak ada.
Padahal kita tahu sendiri pertanian itu sangat penting. Pangan itu juga penting.
Kita lupa bahwa realitas geografis negara ini adalah agraris. Sedangkan secara sosiologi adalah seorang petani.
Terus sampai kapan negara ini mau seperti ini. Sampai kapan jurang kekayaan antara yang kaya dan miskin semakin dalam.
Oleh karenanya kita semua harus berubah untuk membuat perubahan.
Postingan
0 Komentar