pixabay/vectronom |
Singkat cerita, saya membeli secangkir kopi untuk melawan kantuk. Cangkirnya kecil, dan kopinya buatan sendiri bukan yang sachetan buatan pabrik.
Di sela-sela waktu yang saya gunakan untuk menyeruput kopi, si penjual yang sudah paruh paya meminta tolong.
Dia meminta tolong untuk membenarkan televisi karena tampilan monitornya tidak bisa penuh. Saya memperbaikinya dengan menekan salah satu tombol pada remot dan berhasil.
Tidak sampai di situ, saat kopi yang saya pesan hampir habis, sang ibu meminta tolong kembali. Dia meminta tolong untuk menyalakan radio.
Maklum, radio yang dimilikinya masih baru. Dan dia belum bisa mengoperasikan. Saya dimintai tolong untuk mengotak-atik agar radio tersebut bisa menyala.
Saya bertanya kepada sang ibu, terkait kelengkapan perangkat dari toko. Kemudian, saya juga membaca cara pengoperasian di kertasnya.
Agar lebih yakin lagi, saya sampai membuka tutorial pengoperasian di YouTube. Gunanya, biar lebih yakin lagi.
Barulah, saya coba operasikan dan berhasil usaha tersebut. Sang ibu meminta penjelasan sedikit tentang cara pengoperasiannya. Saya jelaskan perlahan-lahan.
Setelah itu, berhubung secangkir kopi sudah habis, saya segera merogoh dompet untuk mengambil uang untuk membayar kopi.
Saya tanyakan berapa harga yang dibayar untuk secangkir kopi. Sang ibu mengelak, "Pun sampean gowo ae mas," begitu katanya.
Saya ngeyel untuk memberikannya. Tapi dia tetap mengelak. Akhirnya saya keluar dari kantin tersebut dengan ucapan terima kasih kepadanya.
0 Komentar