Laki-laki itu mulai menyampaikan sambutannya dalam sebuah acara reuni keluarga. Penampilannya cukup rapi. Memakai peci, sarung dan baju lengan panjang. Khas orang Islam dari Indonesia.
Dia menyampaikannya dengan bahasa yang pelan. Tutur kata yang digunakan juga halus. Terlihat setiap orang mendengarkan perkataannya dengan seksama.Di malam itu semuanya berjalan tidak ada masalah.
Suasana sedikit berbeda saat pria berusia 50 tahunan itu mulai membahas soal anggaran. Raut wajah yang hadir seketika berubah. Mereka lebih seksama lagi dalam mendengarkan.
Tak ayal, suasana yang santai berubah menjadi suasananya mendebarkan. Layaknya forum persidangan, reuni malam itu dipenuhi hujan interupsi. Usulan datang bertubi-tubi dari kanan dan kiri.
Mereka mengusulkan terkait besaran iuran yang digunakan untuk acara reuni dengan skala yang lebih besar. Ada yang keberatan. Ada pula yang menerima dengan lapang dada.
Bukan perkara yang gampang saat membicarakan masalah uang. Ada saja yang keberatan. Maklum, hidup kita dipenuhi masyarakat yang heterogen.
Pada akhirnya, sebuah kesepakatan akhirnya berhasil dicapai. Meskipun ada sedikit ketegangan yang sudah terjadi sebelumnya.
Penyampaian sambutan dari bapak 50 tahun tadi telah berubah menjadi forum persidangan layaknya di parlemen.
Kegiatan reuni malam itu akhirnya berlanjut dengan kegiatan pembacaan tahlil. Semuanya kompak mengikutinya sesuai pimpinan imam.
Di sebuah rumah tua, 8 Juni 2022
0 Komentar