Hari ini, 9 April 2022, hari bersejarah yang mungkin bakal saya ingat. Bukan berarti saya lebay, tapi ini tentang sebuah karya yang sulit untuk dilupakan.
Saya adalah orang yang bertipikal suka membuat karya. Tulisan, video, foto, dan audio. Saya menganggap karya sebuah hal yang sakral karena merupakan sebuah produk yang berasal dari diri sendiri.
Tapi apa daya, hari ini salah satu karya saya terpaksa saya hapus. Ini memang karena keterpaksaan tidak ada yang lain.
Berat rasanya menghapus karya yang selama ini saya tabung untuk perjalanan ke depan. Maksudnya menjadi kenang-kenangan perjalanan hidup.
Karya yang saya hapus adalah berupa karya audio, yakni konten yang berisi tentang audiobook. Konten yang berisi tentang membaca buku-buku.
Sebenarnya dulu pernah ada email masuk dari seorang mahasiswa di Jogjakarta. Dia menanyakan apakah membuat konten audio book itu perlu ijin ke penerbit ataupun penulis terlebih dahulu.
Saya lupa dulu merespon bagaimana, tapi yang jelas setelah email itu masuk saya tetap melanjutkan kebiasaan saya untuk membuat konten audiobook.
Kemudian belum lama ini ada pesan suara yang masuk di akun aplikasi Anchor. Yang isinya meminta kepada saya untuk menurunkan salah satu episode karena tidak ijin terlebih dahulu ke pihak penulis maupun penerbit.
Karena pesan tersebut saya merasa bersalah atas apa yang dilakukan selama ini. Meskipun tujuannya baik tapi ketika menyalaih aturan bagaimana lagi.
Setelah pesan suara tersebut saya dengarkan langsung tidak sampai 10 min akun audiobook yang saya buat akhirnya saya hapus.
Jumlah episode yang sudah saya rekam lumayan banyak, sekitar 104 episode yang saya rekam ketika ada waktu longgar.
Saya membuat 4K tersebut pada 24 Januari 2021, yang saya rekam di dua tempat: rumah dan sekretariat organisasi.
Buku buku yang saya baca juga beragam. Buku soal politik, sejarah, trik trik, psikologi, pertanian saya baca semuanya.
Pendengarnya pun terhitung lumayan banyak. Total ada sekitar 25000 pendengar yang sudah mendengarkan food case yang saya buat.
Rata rata perhari nya didengarkan oleh 120 pendengar yang berasal dari berbagai negara. Tentunya yang paling banyak adalah Indonesia.
Belajar dari peristiwa tersebut mungkin ada makna yang bisa saya ambil bahwa sekalipun karya itu tidak bisa dikatakan abadi. pasti ada upaya untuk melenyapkan. Entah dari orang lain ataupun diri sendiri.
Terkhusus untuk yang saya baca butkan barusan, saya menghapusnya karena menyalahi aturan.
selamat tinggal...
0 Komentar