si Perangkat Perjuangan

si Perangkat Perjuangan
Sebuah laptop
Kalau berbicara salah satu perangkat yang berjasa sampai detik ini--hingga memasuki perkuliahan semester akhir, salah satu jawabannya: laptop.

Meskipun hanya salah satu dari beberapa yang mempunyai jasa, laptop ini saya katakan spesial. Mengapa demikian?

Dulu ceritanya, saat pertama kali saya membeli laptop ini (pertengahan 2018) angan-angan yang terbayang tidak muluk muluk. Yang terpenting bisa digunakan mengerjakan tugas makalah, dan presentasi. Itu saja.

Tidak ada gambaran bakal digunakan sebagai perangkat edit foto, edit musik, bahkan sampai editing video. 

Harganya pun juga tergolong murah. Harganya tidak melebihi biaya SPP yang saya bayar setiap semesternya. Belinya pun juga second.

Saya pernah mempunyai dosa terhadap si laptop. Waktu itu ada sebuah pelatihan desain yang dibawakan oleh mahasiswa jurusan desain komunikasi visual (DKV).

Saya pun mengikutinya, maklum secara pribadi menggemari dunia grafis. Tak ayal, datanglah ke lokasi, saya bersama laptop yang saya miliki.

Ketika teman-teman yang lain berhasil mengoperasikan aplikasi Adobe Ilustrator, tidak demikian dengan saya.

Laptop tersebut ogah-ogahan menginstall aplikasi itu. Usut punya usut Adobe Ilustrator hanya bisa dioperasikan pada laptop 64 bit, tidak berlaku bagi laptop 32 bit.

Cerita unik yang lain saat laptop tersebut rusak. Saat itu masih semester 2. Si laptop belum genap berusia satu tahun di tangan saya.

Saat mampir di kampus sebelum mereparasi laptop, tiba-tiba tas saya yang berisikan laptop dijatuhkan oleh teman.

Tidak ada perasaan jengkel ataupun berkeinginan meluapkan amarah. Pikir-pikir laptop rusak biarkan saja rusak. Toh juga paling tidak ada harapan untuk pulih keadaannya.

Usai perjumpaan dengan kerabat di kampus, si laptop saya bawa di tempat reparasi--lokasinya di daerah selatan Pasar Legi, Kota Blitar.

Sesampainya di lokasi saya katakan ke customer service terkait masalah yang dialami laptop. Intinya, mesinnya berjalan tapi layarnya tetap mati.

Akhirnya, laptop coba dinyalakan dan dilihat bersama-sama, saya dan customer service. Kaget, tiba-tiba laptop berjalan normal seperti biasanya.

Saya pun sedikit malu, sambil minta maaf, dan juga bercerita terkait kronologi sebelum saya datang ke lokasi reparasi laptop tersebut.

Tidak itu saja, kerewelan dari dari si laptop. Saya lupa persisnya kapan itu terjadi. Setiap kali dinyalakan hingga sekarang, pasti laptop akan berbunyi seperti sirine selama kurang lebih 5 detik.

Kalau dibawa di tempat umum pasti tidak eloklah saat menyalakan laptop lalu berbunyi seperti itu. Biasanya untuk mengatasi masalah tersebut, yang saya lakukan adalah menyalakannya dari rumah, lalu di mode sleep

Jadi saat berada di lokasi tempat umum, tidak bakal membuat bingung kerabat atau orang lain yang ada di sekitar saya. 

Saya hampir lupa, sudah satu tahun lebih, si laptop sudah menggunakan keyboard dan mouse eksternal. Itu dikarenakan keyboardnya tidak berfungsi lagi, demikian pula pada mouse internal pada laptop.

Pernah berputus asa, saat keyboard eksternal dan mouse eksternal tidak dapat terdeteksi. Dalam batin, mungkin ini sudah waktunya mencari laptop yang baru.

Tapi saya tidak tinggal diam, saya bawa ke kolega yang memang memahami masalah laptop, saya minta bantuannya, sampai diotak atik bersama-sama. 

Hasilnya tetap nihil. Laptop tidak juga mau menunjukkan progressnya agar kembali normal seperti biasa.

Yang saya lakukan akhirnya, laptop tersebut saya diamkan selama hampir dua minggu. Tanpa pernah sekalipun saya buka satu kali pun.

Siapa sangka, setelah sekian lama tidak dibuka, laptop kembali berjalan dengan normal. Meskipun masih menggunakan keyboard dan mouse eksternal, yang terpenting bisa terdeteksi.

Dalam beberapa kesempatan saya sempat meminjam laptop milik kolega, hanya untuk sekadar membenahi tugas kuliah ataupun print dokumen, karena kebetulan di rumah ada printer.

Tapi, namanya milik orang lain, tentu tidak bisa lama-lama meminjamnya, ada batasan waktu tertentu.

Berbicara laptop yang saya miliki, juka ada perasaan minder jelas minder. Memang perasaan seperti itu akan muncul. Laptop berat, tapi performanya sangat lemah, spek nya rendah sekali.

Entah mengapa, ada saja cerita menarik yang mungkin tidak akan saya temui andaikan laptop yang saya miliki lebih baik lagi.

Itulah sedikit cerita dari si perangkat perjuangan, yang tidak bisa saya sebutkan semuanya.

Saya hanya berharap kepada si laptop agar tetap bisa menemani sampai skripsi selesai. Hanya sampai situ. Setelah itu terserah.

Gitu.

Posting Komentar

0 Komentar