Cukup Melelahkan, Tidak Seperti Biasanya

Cukup Melelahkan, Tidak Seperti Biasanya
Kaki yang kelelahan
Hari ini mungkin akan menjadi hari yang mengenang. Sulit untuk dilupakan. Memang berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Semenjak memasuki pertengahan Januari, kesibukan yang biasanya penuh tidak ada lagi. Hanya ada aktivitas kecil yang menjadi selingan.

Aktivitas ngopi yang dahulu selalu menjadi rutinitas juga dikurangi. Sejak pertengahan Januari itu. Pikir-pikir mau fokus ke studi agar cepat selesai.

Terus ditambah lagi juga pikiran yang menjadi beban mahasiswa semester tua. Setelah lulus mau menjadi apa. Tentunya tidak ingin menjadi sarjana yang menganggur.

Singkat cerita setelah hampir dua bulan menikmati fase tenang— tidak banyak tanggung jawab di dahulu. Tiba-tiba kesibukan itu seperti datang menjemput.

Entah kenapa sebenarnya tidak ingin menemuinya, tapi ada semacam keharusan atau panggilan hati untuk datang. Iya kesibukan seperti dua bulan yang lalu.

Bukan berarti menghindar, tetapi hanya ingin fokus terhadap salah satu, yakni studi. Kemudian setelah masalah satu selesai baru menyelesaikan atau membantu menyelesaikan masalah publik. Bukan masalah pribadi orang lain lo yaa.

Saat itu perasaan kembali tergerak untuk melakukan pergerakan. Meskipun posisinya tidak seperti dulu lagi, tapi ada semacam semangat yang sama.

Terbersit di dalam hati bahwa bara api pergerakan ini belum padam. Masih ada semangat yang bercokol dan itu terus membesar. Apalagi saat dihadapkan dengan permasalahan yang menantang.

Waktu itu saya melakukan pekerjaan pendampingan kepada para mahasiswa yang luar biasa. Mereka mempunyai semangat untuk berjuang demi kepentingan umum. Salah satu hal yang jarang saya temui.

Betapa asiknya nimbrung pada forum yang mereka laksanakan. Sesekali juga berbicara sebagai penengah terhadap apa yang mereka selisihkan. Asyik memang. Penuh tantangan, dan nikmat. 

Tapi apalah daya setelah dua bulan lamanya tidak melakukan aktivitas seperti itu, raga dan pikiran ini seperti lemah tak berdaya. Terbersit di dalam hati berkata “Sudah besok lagi, cukup” memang terdengar lebay.

Akhirnya pertemuan satu hari itu berakhir pada 8 malam. Sebuah pertemuan yang melelahkan namun di sisi lain juga melegakan. Semacam menjadi obat rindu setelah sudah cukup lama tidak bergerak.

Cukup.

Posting Komentar

0 Komentar