Hidup tidak semudah memutar balikan telapak tangan. Nggak ban itu nampaknya harus digunakan kembali untuk kesekian kalinya.
Terpaan dari kanan, kiri terus datang bertubi-tubi. Iya, memang ini sebuah ujian yang sengaja diberikan.
Tetapi, terkadang saat diberikan ujian seperti itu, harus ada langkah yang dilakukan. Atau upaya untuk menyudahi ujian tersebut.
Memang, hari itu tidak seperti hari biasanya. Sebelumnya segala hal berlangsung dengan baik-baik saja. Maksudnya normal.
Namun, entah kenapa hari itu ada saja kejadian yang tidak saya perkirakan. Sudah barang tentu itu membuat saya berpikir lebih ekstra.
Yang menjadi kendala adalah, keterbatasan yang saya miliki untuk menyelesaikan hal tersebut. Saya menyadari pada diri saya ini ada kekurangan dan kelebihan.
Pun begitu juga dengan yang dimiliki oleh orang lain. Artinya, tidak ada seorang manusia yang mempunyai kesempurnaan.
Saya sering berpikir ketika sudah merasa buntu. Terbesit kalimat di benak 'saya harus bagaimana', 'apa yang harus saya lakukan selanjutnya'.
Yang namanya perjuangan tentu bukanlah hal yang mudah. Pasti ada hal yang dikorbankan. Namun, sikap realistis juga harus dikedepankan.
Jangan sampai kekecewaan yang begitu mendalam menjemput di akhir. Itulah yang mungkin masih bisa dilakukan.
Peribahasa, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Peribahasa tersebut mungkin juga pas untuk menempatkan apa artinya perjuangan. Pasti ada buah yang dipetik nantinya. Toh, kita juga sudah menanamnya.
Mungkin itu yang bisa saya tuliskan hari ini. Panjang umur perjuangan.
Blitar, 9 Februari 2022
0 Komentar