Ancaman Konflik Saat Meliput di Papua

Aksi unjuk rasa mahasiswa Papua di Bandung (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)
Sebagai daerah yang masih rentan terhadap terjadinya konflik, Papua menjadi daerah yang menjadi perhatian khusus. Daerah itu menjadi wilayah yang sangat sulit dijamah oleh jurnalis untuk melakukan liputan.

Salah satu akar permasalahan yang menyebabkan tidak selesainya konflik di Papua disebabkan pendekatan militeristik yang dilakukan oleh pemerintah. Pendekatan secara dialog urung dilakukan pemerintah tanpa adanya alasan yang jelas.

"Panglima TNI harus melakukan dialog, pendekatan yang humanis kepada seluruh elemen di Papua agar situasi menjadi kondusif. Jangan malah pendekatan militeristik, baku tembak yang akibatnya jatuh korban dan warga ketakutan," kata Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas, seperti dikutip dari Tirto.id, Kamis (11/2/2021).

Dengan konflik yang tidak berkesudahan membuat orang luar yang datang ke Papua menghadapi ancaman yang tidak dapat dihindarkan. Salah satunya dari kalangan jurnalis yang tidak kunjung mendapatkan kebebasan saat meliput di sana.

Sejumlah ancaman yang kemungkinan diterima jurnalis saat meliput di Papua antara lain: tindakan represi dari aparat. Hal itu tidak dapat dipungkiri, karena keterbukaan informasi yang coba dilakukan oleh jurnalis menjadi ancaman bagi pihak yang melakukan kejahatan kemanusiaan di Papua.

Kedua, ancaman masyarakat di sana. Konflik yang sudah terjadi turun-menurun membuat masyarakat asli Papua kemungkinan akan berpikir masyarakat dari luar adalah musuh mereka. Adanya masyarakat Jawa yang mencoba menguasai Papua juga menjadi alasan masyarakat Papua, memandang buruk warga pendatang. Salah satunya jurnalis.

Ketiga, ancaman logistik. Jurnalis yang akan melakukan liputan di sana harus siap untuk mempersiapkan logistik yang dibutuhkan. Karena harga kebutuhan pokok di Papua sangat mahal jika dibandingkan di Jawa. Artinya, selain bekal yang dibawa harus benar-benar cukup sebelum terjun di lapangan untuk meliput.

Keempat, medan yang sangat sulit. Kondisi geografis Papua yang masih minim infrastruktur juga menjadi ancaman tersendiri bagi jurnalis. Kondisi badan dari jurnalis harus dalam kondisi prima saat meliput. Apabila kondisi badan kurang fit, sangatlah rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ancaman-ancaman tersebut bisa dicegah oleh jurnalis yang akan melakukan liputan di sana, dengan cara mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Selain itu, juga perlu dilakukan sejumlah strategi yang tepat saat meliput di sana.

Strategi pertama, menjalin komunikasi yang baik dengan aparat kemanan di Papua. Karena bagaimanapun aparat kemanan mempunyai kekuatan lebih yang dapat melindungi jurnalis saat meliput di Papua. Dengan ancaman bagi jurnalis dapat diminimalisir.

Kedua, mirip dengan strategi yang pertama, yakni mengajak teman asli Papua agar mau menjadi teman saat liputan. Dengan begitu, resiko seorang jurnalis dianggap sebagai musuh masyarakat Papua dapat dihindari. Sehingga saat melakukan liputan bisa leluasa.

Strategi ketiga, melakukan survei atau bertanya kepada teman ataupun orang yang lebih mengetahui wilayah di Papua yang akan diliput. Jika sudah mengetahui hasilnya, kebutuhan yang dibawa saat liputan bisa tercukupi, tanpa menggangu proses liputan. Karena dikhawatirkan tanpa bertanya terlebih dahulu, barang yang dibawa bisa berlebih, dan mengganggu proses liputan.

Strategi keempat, untuk mengantisipasi medan yang sulit, jurnalis perlu membawa seorang teman dan membawa peralatan keamanan. Ketika itu sudah dilakukan, resiko yang akan timbul dapat ditekan. Pada saat kita terkena bencana, misalnya, ada teman yang menolong. Saat ada reruntuhan pohon, jurnalis memakai helm. Itulah salah bentuk resiko yang dapat ditekan.



Tulisan ini untuk memenuhi tugas pelatihan Jurnlis Safety dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Selain itu, tulisan ini juga sudah dipublikasikan di Kompasiana dengan tautan di sini

Posting Komentar

0 Komentar