Ancaman dan Langkah-langkah yang Bisa Jurnalis Lakukan Ketika Meliput Bencana Alam

Bangunan yang roboh terkena bencana alam. (foto: BNPB.id)

Profesi menjadi seorang jurnalis adalah profesi yang menuntut seseorang untuk bisa terjun di segala medan. Daerah perkotaan, pedesaan, ataupun pedalaman menjadi medan yang harus siap dijajaki saat bertugas meliput berita.

Bukan hanya medan yang berbeda-beda. Situasi daerah yang berbeda-beda juga menjadi tantangan jurnalis saat sedang meliput berita. Pada daerah yang mengalami situasi konflik menjadi tantangan sekaligus ancaman yang dapat membahayakan kondisi jurnalis.

Selain daerah yang dilanda konflik, daerah yang mengalami bencana alam juga menjadi ancaman bagi jurnalis. Ancaman itu sangat beragam yang membuat jurnalis harus berpikir dua kali saat di lapangan.

Sejumlah bencana alam yang mengancam keselamatan jurnalis antara lain saat jurnalis meliput erupsi gunung meletus. Yang jelas saat jurnalis mengikuti perkembangan aktivitas gunung berapi keselamatannya harus terjamin.

Selain itu, saat meliput bencana banjir jurnalis juga harus senantiasa was-was. Apalagi seorang jurnalis tersebut bukan masyarakat setempat yang memang mengetahui medan yang ada di lapangan, tempatnya melakukan liputan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan sejumlah langkah kepada jurnalis yang melakukan liputan bencana. Hal itu dilakukan BNPB sebagai antisipasi terhadap ancaman yang dihadapi oleh jurnalis saat meliput.

Melansir dari bnpb.go.id, jurnalis merupakan mitra strategis dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Media massa yang digerakkan oleh para jurnalis menjadi salah satu helix dari lima helix (pentahelix) yang berperan tidak hanya menginformasikan berita bencana kepada masyarakat tetapi juga mengedukasi.

Di sisi lain, terkadang dijumpai para jurnalis berada di garis depan pada saat meliput bencana dan keselamatan menjadi taruhannya. Dalam beberapa kejadian bencana, wartawan meninggal dunia saat meliput bencana atau berada di daerah bencana seperti saat erupsi Gunung Merapi 2010, erupsi Gunung Sinabung 2012, dan banjir Jakarta 2013.

Oleh karena itu, sangat perlu langkah preventif untuk jurnalis yang meliput bencana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

Pertama yang dilakukan jurnalis adalah membawa bekal yang cukup saat melakukan liputan. Karena situasi bencana membuat persediaan bahan-bahan pokok menjadi langka.

Kedua, membawa teman saat melakukan liputan. Sehingga saat meliput ada yang memantau dan membantu jurnalis apabila ada hal-hal yang tidak diingankan terjadi.

Ketiga, memakai peralatan keselamatan. Contohnya adalah helm ataupun sepatu kerja. Hal itu sebagai antisipasi apabila ada reruntuhan bangunan di lapangan.

Terakhir, upayakan ada orang setempat yang tinggal di daerah bencana. Dengan begitu semacam ada pemandu yang siap mengantarkan kemana saja tempat yang ingin dituju dengan tetap mempertimbangkan keselamatan.



Tulisan ini sebagai tugas dari pelatihan Jurnlis Safety, dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, yang juga sudah saya publikasikan di Kompasiana, dengan tautan di sini

Posting Komentar

0 Komentar