Peristiwa G30S yang sudah terjadi 56 tahun silam tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Kejadian itu hingga kini masih menyimpan misteri: siapa dalang sebenarnya di balik kejadian itu. Dugaan dalangnya pun tidak hanya muncul dari satu orang saja, melainkan lebih dari itu.
Sejumlah sumber mengemukakan ada lima versi dalang peristiwa tersebut, pertama dalangnya Soekarno, kemudian versi kedua Soeharto, versi ketiga PKI, untuk versi keempat Angkatan Darat, dan versi kelima CIA.
Dalam buku yang ditulis oleh Tempo dengan judul Sjam Lelaki dengan Lima Alias dijelaskan, bahwa ada salah satu orang yang mempunyai peranan penting dalam tragedi G30S. Pria itu bernama Sjam Kamaruzzaman. Anggota PKI itu disebut-sebut menjadi orang yang mempunyai jaringan kuat dengan para tentara.
Selain orang yang dekat dengan tentara, Sjam juga dekat dengan Ketua PKI Dipa Nusantara (DN) Aidit. Sjam merupakan orang kepercayaan dari Aidit. Sjam menjadi Kepala Biro Khusus PKI. Biro itu berada di bawah komando langsung dari Aidit. Biro yang dipimpin Sjam dipercaya oleh Aidit untuk menyuplai informasi tentang apa saja yang terjadi dengan perwira-perwira militer.
Kedekatan Sjam dengan militer dan pihak politik itu membuat ia menjadi orang yang memegang peranan penting dalam G30S. Bahkan, setelah identitas mulai terungkap, ia diselimuti dugaan sebagai intelejen dari tentara.
Sebelum pelaksanaan mahkamah militer luar biasa (Mahmilub) keberadaan Sjam memang menjadi simpang siur dan misterius. Tak seorang pun pernah mendengar Biro Khusus. Ada yang menyangka orang yang berwajah garang itu merupakan pimpinan PKI. Tetapi hal tersebut begitu mudah disanggah, karena tidak ada pimpinan PKI bernama Sjam.
Saat menghadiri Mahmilub sebagai saksi atas Sekretaris Jenderal PKI Sudisman, Sjam membuka semua yang diketahuinya terkait G30S. Ia berbicara panjang lebar pada Mahmilub. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana mungkin Sjam membuka ihwal kejadian itu semua. Padahal dalam sumpah pada saat bergabung dengan PKI, setiap anggota partai dilarang membocorkan rahasia partai.
Muncul dugaan, Sjam membuka rahasia partai itu ditengarai atas tekanan yang diberikan pihak tentara kepadanya. Selain itu, dengan ia membuka cerita terkait PKI, maka umurnya dalam tahanan bisa lebih panjang. Hal itu dibuktikan, Sjam baru dieksekusi mati pada 30 September 1986, atau 21 tahun setelah tragedi G30S.
Menurut John Roosa, dosen sejarah di Universitas Colombia, Kanada, dan penulis buku Dalih Pembunuhan Massal. Ia menjelaskan, pengamat seperti Benedict Anderson, yang hadir dalam persidangan Sudisman, curiga bahwa Sjam adalah agen tentara yang menyusup ke dalam PKI. Soalnya kesaksian Sjam telah membenarkan sebagian dari propaganda tentara perihal kepemimpinan PKI dalam G30S. (hal 86)
Sarjana Belanda, W.F. Wertheim mencatat bahwa dalam berbagai pengadilan selama bertahun-tahun kemudian Sjam terus memberikan kesaksian yang memberatkan orang lain. Banyak tahanan politik yang percaya bahwa Sjam adalah Intel tentara dan bukan anggota PKI.
Menurut John Roosa, G30S hanyalah aksi kecil, terbatas, klandestin yang sebelumnya tidak diketahui oleh anggota dan kebanyakan pimpinan PKI. Soeharto dan kelompok-kelompoknya membesar-besarkan G30S agar ia punya alasan untuk melaksanakan rencananya sendiri, yakni menghancurkan PKI dan menyingkirkan Presiden Soekarno. (hal 88)
Menurut Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asvi Warman, Adam, dalam tulisan kolomnya di buku Sjam Lelaki dengan Lima Alias, ia menyebutkan, dalam versi keenam terungkap G30S lebih tepat dianggap sebagai aksi (untuk menculik tujuh jenderal dan menghadapkan kepada Presiden), bukan sebagai gerakan.
Dalam tulisan itu, Asvi menyebut, kalau para jenderal yang diculik itu tertangkap hidup-hidup, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Massa PKI akan turun ke jalan dan menuntut para jenderal itu dipecat. Presiden akan didesak untuk memberikan kursi departemen kepada golongan kiri itu, karena sampai 1965 Soekarno tidak pernah mempercayakan pemimpin departemen pada tokoh komunis kecuali menteri negara.
Asvi juga menyebutkan, versi keenam yang disebutnya itu membongkar kelima versi sebelumnya (PKI, Soekarno, Soeharto, Angkatan Darat, dan CIA) dan menyusun narasi baru dengan menggunakan sumber-sumber yang kesahihannya telah diuji serta tokoh kunci yang dapat diandalkan mengenai apa yang disebut Biro Khusus PKI. (hal 95)
Versi itu menampilkan data baru (berbagai dokumen dari dalam dan luar negeri), metodologi baru (dengan mengikutsertakan sejarah lisan), dan perspektif baru (ini adalah aksi bukan gerakan, tapi kemudian dijadikan dalih untuk peristiwa berikut yang lebih dahsyat). (hal 95)
Karena Sjam Kamaruzzaman menjadi tokoh sentral, silahkan versi terakhir ini disebut dengan G30S/Sjam.
Judul : Sjam Lelaki dengan Lima Alias
Penulis : Tempo
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal : 97 hal/ 16 × 23 cm
ISBN : 9789799102812
0 Komentar