Seringkali dalam kehidupan hidup saat ini, kita dilanda kecemasan yang luar biasa. Tidak henti-hentinya masalah datang dari berbagai penjuru. Masalah itu tentu mengganggu hidup kita yang terlalu pendek.
Orang menyikapi masalah dengan beragam cara. Bahkan sampai tidak memperdulikan baik tidaknya cara yang dilakukan.
Bersabar, pergi ke psikiater, mendoakan yang terbaik adalah cara yang baik. Sementara mempunyai itikad balas dendam, bunuh diri, berputus asa adalah cara yang buruk.
lebih dari 2000 tahun yang lalu, sebuah massa filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme atau filosofi teras, adalah filsafat Yunani Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik turunnya kehidupan.
Dalam buku Filosofi Teras kita akan menemukan beragam cara untuk menangani emosi negatif yang tumbuh dari dalam diri kita. Tentu, dewasa ini masalah datang bertubi-tubi. Jangan sampai cara yang kita gunakan malah semakin membuat kompleks masalah tersebut.
Kita akan menemukan seorang filsuf seperti Epictetus, yang menjadi seorang budak yang berjalan pincang. ya bukan anak orang kaya yang mendapatkan akses mudah mendirikan bisnis dan dibantu orang tuanya dengan koneksi. Tapi banyak pikiran-pikirannya yang berguna, dan dapat diamalkan hingga saat ini.
Selanjutnya ada seorang kaisar yang bernama Marcus Aurelius. Dia adalah seorang kaisar yang ternama. Pikiran-pikirannya juga masih relevan untuk digunakan saat ini.
Terus juga ada Seneca, salah satu filsuf Yunani yang terkenal. Tulisannya banyak dikutip dalam buku Filosofi Teras.
Di dalam buku diterangkan bahwa kita harus mengenal dikotomi kendali. Artinya, harus membedakan mana yang di bawah kendali kita, dan mana yang tidak di bawah kendali.
Yang berada di bawah kendali seperti : pertimbangan, keinginan, tujuan dan segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.
Yang tidak berada di bawah kendali seperti :
Tindakan orang lain, opini orang lain, reputasi, kesehatan, kekayaan, dan bencana alam.
Semua kesusahan yang kita rasakan datang dari pikiran kita sendiri. Bukan dari orang lain. Kita bisa mengendalikan pikiran kita.
kita juga akan dikenalkan tentang sebuah prinsip amor fati : cintailah nasib, apa yang telah terjadi dan yang sedang terjadi saat ini.
Tujuan dari buku filosofi teras adalah agar kita dapat menyikapi hidup dengan tenang, menjalani hidup dengan rileks. Sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat diselesaikan dengan baik. Pendeknya : hidup dalam ketenangan, bebas dari emosi negatif.
Pada saat emosi negatif menerpa, filsuf STOA mengajarkan STAR,
Stop, Think, Asses, Respond.
Pesan terakhir yang ada di buku ini yang dikutip dari Epictetus adalah kita jangan berlagak seperti filsuf, jangan memperlihatkan kepada orang apa yang telah kita pelajari.
Seekor domba tidak pernah memperlihatkan kepada pemiliknya berapa banyak rumput yang telah dimakan.
Tetapi domba mencerna rumput tersebut di dalam tubuhnya, kemudian memproduksi susu dan bulu. Begitu juga kita sebagai manusia, janganlah kamu pamerkan apa yang telah kamu pelajari, tapi tunjukkan tindakan nyata sesudah kamu mencernanya.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mencari buku untuk menghindari emosi negatif. Kita akan lebih tenang menjalani hidup, sebab kita akan memikirkan apa yang seharusnya kita pikirkan dan tidak memikirkan apa yang tidak seharusnya kita pikirkan.
Judul : Filosofi Teras
Penulis : Henry Manampiring
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tebal : 320 hal ; 13 cm × 19 cm
Cetakan : Kelima, Februari 2019
ISBN : 9786024125196
0 Komentar