Bersepeda menjadi tren di kala pandemi COVID-19 melanda. Semua orang mengetahui segala aktivitas yang biasanya dilakukan harus terhambat. Bersepeda dianggap sebagai salah satu solusi untuk menghilangkan kepenatan. Toko sepeda dibanjiri pembeli. Masyarakat berbondong-bondong membeli sepeda agar dapat bersepeda seperti individu yang lain.
Minggu (2/8/20), saya bersama para kerabat meluangkan waktu sejenak untuk mengayuh pedal. Sudah lama rasanya tidak berolahraga. Waktu itu yang berangkat hanya 10 orang. Jumlah yang cukup untuk perjalanan yang relatif jauh. Berbekal amunisi seadanya dan sepeda legendaris, saya memberanikan diri bergabung dengan kerabat yang sepedanya lebih berkualitas.
Tidak ada rasa canggung atau minder saat bergabung dengan mereka. Latar belakang masing-masing bukan menjadi halangan untuk bersama-sama. Kebersamaan dijunjung erat seperti tidak ada sekat yang menghalangi hubungan pertemanan.
Kami berangkat sekitar pukul 7 pagi. Memulai perjalanan dari titik yang sama untuk tujuan yang berbeda-beda. Ada dua teman yang memutuskan untuk berpisah dengan rombongan. Keduanya beralasan sudah ada janjian dengan temannya. Sehingga jumlah kami hanya tersisa 8 orang.
Meskipun pasukan rada pincang, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk mencapai tempat tujuan. Tempat yang dituju tergolong susah. Lokasinya berada di atas bukit. Dahulu tempat ini sangat digemari wisatawan. Namun, akhir-akhir ini sudah mulai ditinggalkan. Tempatnya bernama : bukit Teletubbies. Berada di lereng gunung Kelud Desa Sumberasri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Selama perjalanan kami disuguhkan berbagai pemandangan yang memanjakan mata. Sendi-sendi kehidupan yang jarang ditemui juga kami temukan. Misalnya jalanan yang rusak parah, penambangan pasir yang merugikan warga, serta lahan tanaman nanas yang amat luas. Yang paling mengena adalah pemandangan yang luar biasa. Seperti pada umumnya, dataran tinggi memang menyuguhkan hal seperti itu. Amazing !!!
Tiga perempat perjalanan kami memutuskan untuk berhenti. Waktu yang dihabiskan untuk beristirahat lumayan lama. Spot foto yang menarik tidak afdol andaikan ditinggalkan. Meskipun bergantian, para kerabat sangat menikmatinya untuk berfoto.
Setelah merasa puas mengambil beberapa foto. Perjalanan menuju bukit Teletubbies dilanjutkan. Seperempat perjalanan terakhir menuju lokasi memang sangat berat. Tanjakannya sungguh luar biasa. bahkan teman yang sudah terbiasa bersepeda harus menuntun sepedanya agar bisa melewati tanjakan, termasuk saya pribadi.
Setelah sekitar satu jam perjalanan akhirnya lokasi yang dituju berhasil dicapai. Kami sedikit kurang beruntung karena gerbang menuju tempat wisata tersebut ditutup. Tapi karena ada celah yang dapat dilalui, teman-teman memutuskan untuk melewatinya. Ternyata celah itu dibuat oleh para pesepeda yang lain.
Perasaan riang gembira dan lega tidak dapat terhindarkan. Saking lelahnya selama perjalanan perbekalan air mineral yang dibawa dari kampung halaman sebagian besar habis di tengah perjalanan.
Testimoni dari kerabat yang sering melakukan gowes mengatakan : perjalanan ini paling berat daripada sebelum-sebelumnya. Saya sendiri mengamini hal tersebut. Punggung, kaki, dan pantat terasa nyeri. Ditambah lagi sepeda yang saya gunakan sudah dimakan zaman.
Sesampainya di atas bukit, kaki saya luruskan, tubuh saya lemaskan, agar otot-otot dapat beristirahat. Saya dibuat heran melihat pemandangan yang ada di atas. Pemandangan yang saya dapatkan selama di perjalanan tidak ada apa-apanya dibandingkan yang terdapat di atas bukit.
Ironis, selama menjadi warga Blitar saya baru pertama kali ini menginjakkan kaki di bukit Teletubbies. Penyesalan yang saya rasakan mungkin juga pernah teman-teman rasakan.
Ternyata keindahan alam di Blitar sungguh luar biasa. Apalagi kalau untuk mencapai lokasinya membutuhkan perjuangan ekstra. Seperti harus mengayuh sepeda terlebih dahulu.
0 Komentar