#14 Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno

Marhaen

Dalam buku "Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno", dikatakan seorang marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang sedikit. Marhaen adalah mereka yang dieksploitasi karena tidak menguasai faktor produksi. Marhaen adalah kemiskinan itu sendiri.

Bagi Bung Karno, marhaen Indonesia harus menerima keadaan sekarang secara revolusioner. Masyarakat bisa membeli barang apa saja yang murah dan baik. Masyarakat harus mencoba cara untuk meringankan nasib yang mahal dan sengsara itu, tapi teruskan asas, teruskan usaha untuk menyusun tenaga menggembleng semangat. Supaya tiap-tiap stelsel kapitalisme dan imperialisme telah gugur berkalang bumi.

Saking dekatnya dengan kaum marhaen. Kelak menjelang wafat, Bung Karno mewasiatkan agar jenazahnya dimakamkan di sebuah bukit di Priangan, di mana beliau bisa berdekatan dengan kaum marhaen yang senantiasa dekat di hati beliau. Sayang Soeharto tidak mengizinkan keinginannya itu.

Marhaenisme

Diceritakan, suatu hari di bumi Priangan, Bung Karno muda bertemu dengan seorang petani gurem yang bernama marhaen. Perjumpaan itu kelak menjadi momentum penting berupa munculnya paham marhaenisme.

Sedangkan arti dari marhaenisme adalah sosialisme Indonesia dalam praktek. Marhaenisme adalah cara perjuangan untuk mencapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang sedemikian itu. Oleh karena itu harus ada suatu cara perjuangan yang revolusioner. Soekarno mengatakan itu semua adalah cara perjuangan dan asas yang menghendaki hilangnya tiap-tiap kapitalisme dan sosial demokrasi menuju kesejahteraan seluruh bangsa.

Marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Marhaen bukanlah kaum proletar atau Kaum buruh saja, tetapi ialah kaum proletar dan kaum tani melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain misalnya kaum pedagang kecil, kaum ngarit, kaum tukang kaleng gerobak, kaum nelayan dan kaum lain-lain.

Tujuan dari marhaenisme ingin menghilangkan kapitalisme dan imperialisme. Di negara-negara Eropa hidup mati kapitalisme ada di dalam genggaman kaum proletar, tetapi di sini sebagian besar ada dalam genggaman kaum tani.

Perjuangan marhaenisme adalah perjuangan mewujudkan sosio-nasionalisme dan sosio demokrasi.

Sosio Nasionalisme

Nasionalisme adalah perikemanusiaan, pendapat tersebut dikemukakan oleh Mahatma Gandhi. Nasionalisme yang diinginkan Bung Karno adalah untuk mencari selamatnya semua manusia.

Nasionalisme di Indonesia haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru kami sebutkan : sosio-nasionalisme.

Bagi Bung Karno, sosio-nasionalisme perlu diterapkan di Indonesia. Maksud dari sosio-nasionalisme ialah memperbaiki keadaan di dalam masyarakat sehingga menjadi keadaan yang sempurna, tidak ada kaum yang tertindas, tidak ada kaum yang celaka, tidak ada kaum yang sengsara. Intinya adalah menolak setiap tindak borjuisme yang menjadi sebabnya disparitas masyarakat.

Sosio-nasionalisme adalah nasionalisme politik dan ekonomi. Yang bermaksud mencari kebebasan ekonomi, keberesan negeri dan kebebasan rezeki.

Sosio Demokrasi

Demokrasi dicita-citakan harus demokrasi yang disebutkan : sosio-demokrasi.

Sosio mempunyai makna masyarakat. Demokrasi merupakan pemerintahan rakyat, tetapi hal itu memberi peringatan agar di Indonesia harus berhati-hati jangan meniru saja demokrasi-demokrasi yang dipraktikkan di dunia luaran.

Sejarah demokrasi ada sejak di Perancis 100-125 tahun yang lalu. Cara pemerintahan di Eropa adalah otokrasi yaitu kekuasaan ditangan satu orang saja yaitu di tangan raja.

Begitulah rakyat jelata itu oleh kaum borjuis. Kalau diajak bergerak kita pun makanya bahwa pergerakannya untuk mendatangkan kemerdekaan persamaan dan persaudaraan. Slogan liberte, egalite, fratinte adalah semboyan pergerakan kaum borjuis untuk memakai tenaga rakyat itu.

Ciri yang paling nampak dari negara demokrasi adalah mempunyai parlemen.

Sosio demokrasi bukanlah demokrasi ala revolusi Perancis dan negara-negara Eropa tetapi ia adalah demokrasi sejati yang mencari keberesan politik dan ekonomi serta keberesan negeri dan keberhasilan rezeki.

Sosio demokrasi adalah demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.

Bung Karno menginginkan masyarakat yang didirikan haruslah masyarakat sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Cara pemerintahan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yaitu publik yang didirikan adalah republik sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Suatu Republik politik sosial yang tiada kapitalisme dan tiada imperialisme.

Buku ini menceritakan secara sekilas pemikiran Soekarno mengenai Marhaenisme, yang menjadi pemikiran Soekarno hingga saat ini masih dipelajari.

Bukunya dikemas dengan halaman yang sedikit dan kecil. Untuk mengetahui pemikiran Bung Karno secara komprehensif, dianjurkan untuk membaca referensi yang lainnya.

Judul      : Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno
Penulis   : Ir Soekarno
Penerbit : Media Pressindo
Cetakan : Cetakan Kedua, 2017
Tebal      : 100 halaman
ISBN       : 9799114543

Posting Komentar

0 Komentar