#6 Seandainya Aku Jadi Matori


Judul Buku : Seandainya Aku Jadi Matori
Penulis        : Drs Choirul Anam
Penerbit      : –
Cetakan      : Pertama, Februari 2016
Halaman     : 149 Halaman, 30 Lampiran
Ukuran         : –
ISBN             : –

Pada saat zaman orde baru sentralisasi kekuasaan telah dipegang salah satu partai : Golkar. Waktu itu hanya terdapat tiga partai yang mengikuti pemilu : Partai Demokrasi Indonesia [PDI], Partai Persatuan Pembangunan [PPP], dan Golongan Karya [Golkar]. Setiap memasuki pemilu sudah dapat ditebak siapa yang akan memenangkannya. Tidak lain dan tidak bukan adalah Golkar. Sudah ada mobilisasi massa dari golongan ABRI dan PNS untuk memilih Golkar. Kalau sampai tidak memilih Golkar ada konsekuensinya.

Setelah rezim orde baru runtuh. Partai-partai baru mulai bermunculan. Salah satunya Partai Kebangkitan Bangsa [PKB]. Berdiri pada tahun 1998, PKB merupakan partai yang digunakan sebagai wadah aspirasi warga nahdliyin [sebutan warga NU]. Pendirinya adalah ketua umum PBNU waktu itu yaitu Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan nama Gus Dur.

Untuk memimpin partai yang baru dibentuk Gus Dur mengutus Matori Abdul Djalil, mantan politisi PPP yang berasal dari golongan nahdliyin. Gus Dur menganggap pak Matori sebagai orang yang tepat untuk memimpin partai yang baru berdiri.

Perhelatan pemilu pertama setelah reformasi berhasil digelar dengan pemenang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan [PDIP] yang juga baru saja berdiri. Banyak yang menganggap suara warga nahdliyin terpecah. Itulah sebabnya mengapa suara PKB tidak sesuai harapan yang diinginkan.

Setelah pemilu dilaksanakan. Tiba saatnya untuk pemilihan presiden. Di momen ini secara mengejutkan Gus Dur menang atas pesaingnya yang lebih diunggulkan : Megawati Soekarnoputri. Keesokan harinya giliran pemilihan wakil presiden. Untuk kali ini kursi wakil presiden berhasil diduduki wanita yang menjadi putri sang proklamator.

Waktu itu jabatan ketua MPR dihuni oleh Amien Rais. Serta jabatan ketua DPR diduduki Akbar Tanjung dari politisi Golkar.

Di buku ini dijelaskan beberapa dosa yang dilakukan oleh Ketua Umum PKB waktu itu : Matori Abdul Djalil. Hingga akhirnya terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan partai dengan bawahannya. Banyak yang bilang bahwa pak Matori terlalu mementingkan ambisi pribadinya. Tanpa memikirkan kepentingan partai. Hal itu terlihat ketika beliau tidak mendukung pencalonan Gus Dur sebagai presiden.

Seperti kacang yang lupa kulitnya, Matori juga salah satu orang yang mempercepat sidang istimewa MPR untuk menurunkan presiden Gus Dur. Andaikan waktu itu Matori bisa mengkoordinir fraksi PKB di parlemen. Bukan tidak mungkin masa jabatan presiden Gus Dur bisa berjalan sampai masa akhir jabatan. Selain itu, selama menjabat sebagai ketua umum partai, Matori tidak pernah melakukan konsolidasi di tingkatan DPW maupun DPC. Dengan berbagai pertimbangan banyak kyai-kyai dan tokoh nahdliyin mendesak Matori untuk turun dari jabatannya.

Di buku ini juga dijelaskan keriuhan kondisi partai menjelang muktamar. Tersiar kabar beberapa tokoh siap maju di arena muktamar yang digelar di Surabaya. Konsolidasi dilakukan beberapa pihak untuk mencari dukungan. Baik dari Matori maupun dari sang lawan.

Buku ini dipersembahkan bagi peserta muktamar di Yogyakarta.

Kelebihan :
   – Bahasa yang digunakan mudah dipahami
   – Memuat beberapa lampiran

Kekurangan :
   – Terjadi salah cetak di beberapa bagian
   – Foto-foto yang disajikan kurang lengkap

Posting Komentar

0 Komentar