#3 Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara

Judul Buku : Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara
Penulis        : Tempo
Penerbit      : Gramedia
Cetakan      : Cetakan Kedua, Agustus 2015
Halaman     : 144 Halaman
Ukuran         : 16 x 23 cm
ISBN             : 9789799109187

Buku-buku semacam ini beredar luas setelah masa reformasi. Banyak sekali tokoh-tokoh yang mengetahui seluk-beluk sejarah memilih bungkam pada masa orde baru karena takut akan terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan. Bahkan, orang-orang yang masih memiliki hubungan darah dari PKI memilih untuk menetap di luar negeri. Namun setelah reformasi, mereka mulai berani angkat bicara. Mengenai kesaksiannya.

Diceritakan, sosok D.N Aidit dari masa kecilnya hingga ia meninggal dunia. D.N Aidit lahir dengan nama asli Ahmad Aidit. Ia lahir di Belitung Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 30 Juli 1923. Lahir dari keluarga yang tergolong mampu. Aidit merupakan anak sulung dari enam bersaudara. Ayahnya menikah dua kali. Dua adiknya yang terakhir lahir dari ibu yang berbeda dengan Aidit.

Semasa kecil Aidit tergolong anak yang rajin. Ia sekolah di sebuah sekolah dasar, saat sore hari ia mengaji di surau bersama teman-temannya. Ia sering melantunkan azan karena suaranya yang keras. Aidit adalah anak yang mudah bergaul. Bahkan ia bisa bergabung dengan anak yang latar belakangnya berbeda-beda. Masa keibaannya terhadap kaum bawah dimulai saat ia melihat pekerja tambang yang berada dekat dari rumahnya.

Setelah lulus dari sekolah dasar. Aidit memilih untuk merantau ke Jakarta agar bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP. Di tempat tinggal Aidit hanya dihitung jari anak yang melanjutkan jenjang ke SMP. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar Aidit bisa pergi ke Jakarta. Dari syarat-syarat tersebut : sudah katam mengaji, bisa masak sendiri, bisa mencuci baju sendiri, dan sudah disunat. Aidit sudah memenuhi syarat-syarat tersebut.

Di umurnya yang masih menginjak 13 tahun, akhirnya Aidit pergi ke Jakarta. Di Jakarta ia sudah ditampung di rumah kerabat ayahnya. Kegigihan Aidit dan sifat keberaniannya muncul saat di Jakarta. Murad adik Aidit menyusul ke Jakarta beberapa tahun kemudian untuk melanjutkan sekolah. Mereka berdua sempat berpindah ke rumah Mochtar salah satu teman Murad. Aidit juga sempat berjualan sesuatu untuk mencukupi kebutuhannya di Jakarta. Diceritakan saat sekolah Aidit pernah menyuruh teman-temannya untuk membolos bersama-sama untuk mengiringi pemakaman salah satu tokoh terkenal : M.H Thamrin.

Ia sempat bergabung dengan beberapa organisasi pemuda di Jakarta. Saat mulai mulai meniti di jenjang politik. Aidit memutuskan untuk mengganti namanya yang semula Ahmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit (sering disebut D.N Aidit). Alasannya mengganti nama untuk berjaga-jaga saat terjadi sesuatu dengannya. D.N sendiri sering diartikan sebagai kependekan nama orang Minang. Saat mengganti namanya ia harus berkirim surat dengan ayahnya berkali-kali karena di slip gaji ayahnya tertulis nama Aidit. Akhirnya permohonannya disetujui sang Ayah.

Aidit juga bergabung dengan tempat yang menghasilkan aktivitis yang terkenal gigih pada waktu itu yaitu : Menteng 31. Menteng 31 adalah sebuah nama jalan. Pada saat peristiwa Rengasdengklok dimana kaum muda menculik kaum tua dengan tujuan agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, beberapa sumber menyebutkan Aidit terlibat di dalamnya. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Aidit mulai gencar lagi untuk membangun Partai Komunis Indonesia. Belum diketahui sejak umur berapa Aidit mulai gabung partai tersebut. Yang jelas ia adalah salah satu tokoh yang militan di dalamnya.

Awal mula perkenalannya dengan Soetanti ( istri Aidit ) dimulai saat berada di Yogyakarta. Saat itu ada kegiatan, yang mana Aidit menjadi pembicara di depan dan Soetanti terpesona dengan sosok Aidit. Hingga pada akhirnya mereka bertemu. Aidit langsung mengirimkan surat kepada ayah Soetanti untuk segera meminangnya. Akhirnya pernikahan mereka digelar secara sederhana dengan cara Islami. Dari pihak Aidit hanya diwakilkan dua saudaranya yang datang dari Belitung.

Soetanti merupakan cucu dari Bupati Tuban. Ayah Soetanti menolak mewarisi jabatan ayahnya sebagai seorang Bupati. Soetanti adalah seorang Dokter ahli akupuntur, ia pernah belajar di Negara Korea Utara. Kehidupan Aidit dengan Soetanti dikaruniai lima orang anak. Dua perempuan dan tiga lainnya laki-laki. Mereka jarang bertemu, karena Aidit sibuk menjalankan kehidupannya dalam berpolitik serta Istrinyapun demikian.

Saat Musso pulang dari Negara Uni Soviet. Aidit bertemu dengan Musso. Musso beranggapan Indonesia telah dipimpin oleh orang yang salah. Ia menganggap Sukarno-Hatta berasal dari golongan borjuis. Musso menginginkan Indonesia menjadi negara Sosialis. Dengan menganggap ada kesetaraan kasta di semua masyarakat. Musso merencanakan kudeta pemerintah dan mendirikan negara yang diinginkannya tersebut. Bersama anggota PKI yang lain akhirnya rencana kudeta tersebut pecah pada bulan September 1948 di Madiun dan merembet ke daerah yang berada di barat Madiun seperti Cepu, Blora.

Setelah peristiwa tersebut. Kader-kader PKI dijatuhi hukuman mati. Musso dan Amir Sjarifuddin adalah tokoh-tokoh yang juga ikut ditembak mati. Bagaimana dengan Aidit ?. Aidit ditangkap dan dimasukkan di sel penjara. Saat akan diadili, aparat melepaskannya karena tidak mengenalinya. Sejak saat itu ada yang mengatakan Aidit pergi ke China, ada juga yang mengatakan ia mondar-mandir balik Jakarta-Medan.

Setelah peristiwa Madiun, PKI mulai diambil alih kekuasaannya oleh golongan-golongan yang lebih muda. Kader-kader tua disingkirkan oleh Aidit. Muncul nama-nama seperti Njoto, Lukman yang akan membantu Aidit untuk membesarkan PKI. Mulai saat itu PKI melebarkan sayapnya hingga ke hingga ke daerah-daerah. Menginjak umur 31 tahun, Aidit didaulat untuk memimpin partai berlambang palu arit ini. Tahun 1955 diadakan pemilu di Negara Indonesia. PKI saat itu berhasil menempati urutan keempat. Posisi PKI kalah dari PNI di posisi pertama kemudian disusul berturut-turut Masyumi dan NU di posisi kedua dan ketiga.

Tahun itu diperkirakan PKI mempunyai basis massa sekitar 6,1 juta simpatisan. Dengan massa Aidit yakin PKI mampu memperoleh simpatisan yang lebih banyak lagi. Apalagi setelah pemilu, Aidit sebagai pemimpin partai komunis mempunyai kedekatan dengan Presiden Sukarno yang berasal dari PNI. Seperti senoirnya terdahulu, Aidit juga menginginkan revolusi di Indonesia. Sebuah cita-cita yang sempat gagal terwujud pada tahun 1948.

Pada tahun 1965 dikabarkan kesehatan Sukarno mulai menurun. Dan beredar kabar bahwa ada rencana kudeta yang dilakukan dewan militer. Di lain sisi, Aidit secara diam-diam tanpa sepengetahuan pimpinan yang lain membentuk komite khusus yang langsung dikomandoinya. Bulan Agustus 1965 sepulang kunjungan dari luar negeri Aidit mengutus Sjam K untuk meninjau pasukan yang dimiliki oleh PKI. Pasukan tersebut disiapkan apabila memang akan ada kudeta dari militer. Sebulan setelahnya Sjam akhirnya mengumpulkan barisan PKI tersebut.

Ada sumber yang mengatakan bahwa tidak semua hasil pembicaraan Sjam dengan berbagai orang yang menyangkut dengan PKI tidak dilaporkan ke Aidit. Sebelum peristiwa G30S terjadi, Aidit sempat berbicara kepada Sjam bahwa dewan militer nanti ditangkap kemudian dihadapkan kepada Presiden Sukarno. Di waktu yang hampir bersamaan di rumah Latif, Sjam mengumpulkan Kolonel Untung dan bawahannya untuk membahas rencana penangkapan para jenderal. Ada sumber yang menuliskan, bahwa selama September tidak ada pertemuan antar pengurus, seperti Sjam dan kawan-kawan.

Dini hari tanggal 1 Oktober Aidit didatangi beberapa orang. Belum diketahui secara jelas siapa yang menjemputnya. Ada yang mengatakan ia dijemput Kader PKI, ada juga yang mengatakan ia dijemput pasukan candrabirawa. Aidit akan dibawa ke Bandara Halim Perdanakusuma untuk menemui Presiden Sukarno. Salah satu sumber mengatakan di waktu dan tempat yang sama Suharto rencananya juga akan datang. Namun, tiba-tiba ia urung untuk datang.

Di tempat yang lain. Kolonel Untung dan bawahannya mendatangi rumah para jenderal. Tidak seperti yang diinginkan Aidit, yang hanya ingin ditangkap lalu dihadapkan kepada Sukarno. Tapi, para jenderal malah ditembaki dengan senapan bertubi-tubi hingga tewas. Aidit tidak mengetahui telah terjadi hal tersebut.

Akhirnya keesokan harinya Aidit pergi ke Jawa Tengah yang merupakan basis terbesar simpatisan PKI. Di Jawa Tengah ada beberapa Kota yang dikunjungi : Solo, Semarang, dan Boyolali. Setelah pembunuhan para jenderal, pihak militer menuding bahwa yang menjadi dalang pada peristiwa tersebut adalah PKI. Akhirnya segala sesuatu yang berhubungan dengan PKI dihakimi oleh militer (ditangkap, dibunuh, diasingkan). Banyak sekali simpatisan yang dibunuh tanpa ada proses pengadilan.

PKI tidak sanggup melawan karena mereka tidak mempunyai senjata seperti aparat militer. Suharto memerintahkan bawahannya yang dipimpin oleh Yasir untuk mencari Aidit dan menangkapnya. Suharto juga mengatakan bahwa Aidit adalah PKI yang membuat rusuh di Madiun dahulu. Mengetahui telah menjadi buronan. Aidit berusaha bersembunyi. Akhirnya di Solo Aidit tertangkap, waktu itu ia berusaha bersembunyi di dalam lemari. Akhirnya ia dibawa dan diborgol serta dimasukkan di dalam mobil jeep bersama kawanan tentara.

Aidit berada di mobil yang paling belakang dari tiga mobil jeep. Turut pula Yasir selaku pemimpin yang mengomandoi penangkapan. Ketika sampai di Boyolali tepatnya di depan markas tentara, jeep yang ditumpangi Aidit berhenti. Kendaraan tersebut berhenti tanpa sepengetahuan 2 jeep yang ada di depannya. Aidit diturunkan lalu dihadapkan di sebuah sumur di belakang markas. Lalu Aidit dihujani peluru hingga tewas. Jasad Aidit dimasukkan ke dalam sumur tersebut.

Sorenya Kolonel Yasir melaporkan pekerjaannya kepada Mayjend Suharto. Bahwa Aidit telah berhasil ditangkap lalu dibunuh. Suharto pun tersenyum…

Istri Aidit yang waktu itu juga ada di Jawa Tengah berusaha melarikan diri dengan cara menyamar. Ia menyamar menjadi seorang Istri dari pejabat. Penyamarannya berhasil. Hingga ia tinggal di Jakarta. Kecurigaan mulai muncul. Warga di sekitar tempat tinggal Soetanti (istri Aidit) melihat keanehan. Suami Istri kok begitu. Akhirnya penyamaran tersebut berhasil terungkap. Istri Aidit dijebloskan ke dalam penjara.

Lain halnya dengan anak-anak Aidit yang masih kecil ia ditangkap. Namun saat akan ditembak, aparat tidak tega karena ia masih kecil. Akhirnya anak-anak Aidit dilepaskan begitu saja.

Tahun tersebut merupakan momen bersejarah. Terjadi perpindahan kekuasaan dari Sukarno ke Suharto. Bukan hanya pemimpin negara yang berubah. Tetapi sistem ekonomi Indonesia yang semula ekonomi berdikari berubah menjadi mengandalkan modal asing. Indonesia yang sebelumnya dekat dengan negara-negara komunis menjadi dekat dengan negara-negara barat.

Siapa dalang di balik peristiwa tersebut masih tanda tanya. Banyak sumber yang mengutarakan pendapat berbeda-beda. Ada yang mengatakan Sukarno sebagai dalang, PKI sebagi dalang, Suharto sebagai dalang dan pihak asing yang berperan sebagai dalang. Kasus ini harusnya diungkap kebenarannya. Agar tidak menjadi hak yang menghantui seumur hidup.

Buku ini melihat kebenaran tragedi 65 dari pendapat yang berbeda. Tidak dapat dipungkiri setelah membaca buku ini, kita bisa melihat sosok lain dari Dipa Nusantara Aidit.

Kelebihan :

– Dihadirkan berbagai pendapat yang diperoleh dari beberapa sumber
– Bahasa yang digunakan mudah dipahami
– dicantumkan beberapa gambar sebagai penguat

Kekurangan :

– masih terdapat beberapa kesalahan percetakan
– ada beberapa bagian yang kurang runtut
– bagian tertentu penjelasannya kurang detail


Posting Komentar

0 Komentar