#1 Anak Rantau


Judul Buku : Anak Rantau
Penulis        : Ahmad Fuadi
Penerbit      : Falcon
Cetakan      : Cetakan Pertama, Juli 2017
Halaman     : 382 Halaman
Ukuran         : 14 x 20,5 cm
ISBN             : 9786026051493

Membahas segala hal yang berbau dengan perantauan memang sangat menarik. Salah satunya membahas novel yang berjudul "Anak Rantau". Novel yang menceritakan sebuah perjalanan hidup yang dialami oleh seorang anak yang bernama Hepi. Ia adalah anak yang masih duduk di bangku SMP. Ia sejak kecil sudah hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal dunia. Ia hidup bersama ayahnya yang bernama Martiaz dan kakaknya yang bernama Dora.

Dikisahkan, Hepi adalah anak yang bandel. Ia sering bolos pelajaran, dan lebih suka bermain yang menantang adrenalin. Hampir mirip dengan anak seusianya. Saat hari penerimaan rapot datang. Martiaz sebagai ayah Hepi mengambil rapot anaknya.  Martiaz terkejut ketika melihat rapot sang anak kosong. Setelah kejadian itu Martiaz memutuskan untuk pulang kampung bersama anaknya Hepi ke daerah asalnya yaitu : Minang.

Hepi senang karena keinginannya pulang kampung terwujud. Mereka berdua tinggal bersama ayah dan ibu Martiaz : Datuk Marajo dan Nenek Salisah. Ketua manula sudah rindu dengan anak dan cucunya. Namun, Martiaz hanya tinggal beberapa minggu di kampung tersebut. Setelah itu Martiaz beranjak lagi ke Jakarta untuk merantau. Hepi disuruh tinggal di kampung agar ia sekolah di kampung saja. Sebagai konsekuensi atas rapotnya yang kosong.

Di kampung, Hepi mempunyai teman karib yang selalu menemani : Attar dan Zen. Mereka bertiga ibarat 3 bersaudara, merasakan susah senang bersama. Cita-cita Hepi selama di tinggal di tanah Minang adalah untuk kembali ke Jakarta. Maka dari itu ia berusaha mencari uang, untuk membeli tiket dan membuktikan ke ayahnya bahwa ia bisa.

Hepi sempat mencari uang di Lapak Mak Tuo Ros, sebagai pelayan, ia juga pernah bekerja menjadi kurir barang dari seorang pemuda bernama Lennon. Pada saat musim durian Hepi juga berjualan durian untuk mempercepat terkumpulnya uang. Terkadang ia rela menyisihkan uang jajannya juga.

Di awal-awal Hepi digambarkan sebagai sosok yang tidak betah tinggal di Minang. Namun lambat laun dia mulai merasakan kenyamanan tinggal di tanah tersebut. Meskipun tekadnya masih bulat untuk kembali ke Jakarta. Ia mulai kenal dengan orang-orang yang bisa membuatnya bahagia dan tertawa.

Suatu saat Hepi terpaksa pindah rumah setelah tempat tinggalnya akan direnovasi. Ia terpaksa tinggal di surau bersama kakek dan neneknya. Suatu ketika, kakeknya mempunyai sebuah ide untuk mengumpulkan anak-anak di kampung tinggal di surau. Tujuannya jelas, untuk mengajarkan budi pekerti kepada anak-anak di desa. Awalnya berjalan sesuai rencana, namun dengan berbagai kendala yang tinggal di surau semakin berkurang hingga tinggal menyisakan Hepi, Attar, dan Zen.

Untuk mempercepat terkumpulnya uang. Hepi mencari sosok yang bernama Pandeka Luko yang konon mempunyai mesin pencetak uang. Pandeka Luko adalah sosok misterius dan sangat ditakuti banyak orang di kampung. Hepi memberanikan diri untuk menemuinya. Keinginannya untuk bertemu kesampaian, namun tidak untuk mesin pencetak uang. Pandeka Luko mengatakan, bahwa ia tidak memiliki mesinnya.

Pandeka Luko adalah sosok yang tidak seperti yang ia dengar dari kebanyakan orang. Pandeka adalah sosok yang baik. Hepi banyak bercerita kepada Pandeka Luko mengenai kehidupannya, begitupun sebaliknya. Pandeka Luko merasa rasa kesepiannya selama ini telah terobati dengan kehadiran Hepi.

Diceritakan suatu hari, banyak terjadi kemalingan di kampung. Dan salah satu yang menjadi korbannya adalah Hepi. Tabungan yang selama ini Hepi kumpulkan raib dicuri maling. Hepi merasa kesal dengan kejadian tersebut. Apalagi tabungan yang ia kumpulkan dengan susah payah hilang begitu saja. Hepi bersama dua temannya bertekad untuk menangkap maling tersebut.

Akhirnya mereka bertiga membuat sebuah basecamp di dalam surau sebagai tempat mereka menyusun sebuah rencana. Suatu hari tercetus sebuah ide untuk menjebak kawanan maling menggunakan kambing. Rencana mereka berhasil meskipun harus menderita kesakitan karena sempat dianiaya oleh maling. Hepi dan kedua temannya dinobatkan sebagai polisi cilik, mereka diberi hadiah seragam polisi. Foto mereka tersebar kemana-mana bahkan sampai masuk surat kabar.

Ada satu lagi masalah yang masih mengintai yaitu masalah peredaran narkoba. Sebagai polisi cilik Hepi tidak berciut nyali untuk berjasa meringkus para pengedar. Hepi, Attar, dan Zen berhasil menemukan persembunyian mereka. Namun gerak-gerik mereka berhasil diendus. Mereka bertiga ditangkap dan diancam akan dibunuh. Yang membuat Hepi kaget, pemimpin pengedar narkoba adalah Lennon. Orang yang selama ini ia kenal sudah insyaf. Untungnya Hepi sempat mengirim pesan menggunakan HT kepada inspektur Saldi untuk segera mengikuti arahannya. Hepi benar-benar takut, bahwa kematiannya di depan mata.

Inspektur Saldi bergegas menuju lokasi yang diberitahukan oleh Hepi. Kakek dan Pandeka Luko juga ikut bersamanya. Sesampai di lokasi untungnya Hepi masih keadaan masih bernyawa. Lennon dan kawanannya berhasil diringkus, namun ada salah satu anggotanya yang berhasil meloloskan diri. Lennon membakar tempat tersebut, untungnya Hepi dan kedua temannya serta orang-orang yang menyelamatkan Hepi berhasil menghindar.

Saat kelulusan tiba. Tanpa diduga-duga ayah Hepi pulang dari perantauannya di Jakarta untuk menghadiri kelulusan Hepi. Mereka berdua tampak senang. Hepi berhasil membuat bangga ayahnya, kakeknya, dan sekolahnya. Dan yang luar biasa juga sebagai pahlawan desa.

Kelebihan :

-Tersaji dengan menarik
-Bahasa yang digunakan mudah dipahami
-Menjadikan sebuah inspirasi yang menarik

Kekurangan :

-Ada beberapa bagian yang sebenarnya bisa diceritakan lebih banyak. seperti ceritanya dengan Puti
-Ada beberapa lagi yang kurang jelas. Seperti : kedatangan ayahnya dari Jakarta

Posting Komentar

0 Komentar